Puasa Tetap Bermakna, Meski di Rumah Saja

Puasa Tetap Bermakna, Meski di Rumah Saja

Sejak dua tahun lalu, mungkin kita semua sudah terbiasa dengan anjuran di rumah saja. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Seperti sudah terbiasa untuk selalu di rumah dan mencoba mencari aktivitas produktif di rumah.

Apalagi setelah menikah ini, sudah tidak begitu bergairah untuk pergi kemana-mana. Bahkan, untuk sekadar ngabuburit ke luar rumah saja agak malas, karena lebih suka nonton film maupun baca buku menjelang magrib.

Kalau semasa lajang dulu, sore-sore paling enak jalan kemana, sambil nyari takjil. Berbeda dengan sekarang, lebih semangat untuk menyiapkan takjil sendiri di rumah. Lagipula, sejak dua tahun yang lalu, kita terbiasa melewati puasa tanpa rencana-rencana buka bersama seperti tahun-tahun sebelum pandemi.

Sebenarnya, saya cukup diuntungkan dengan anjuran ini. karena, saya jadi menemukan aktivitas baru untuk mengusir kebosanan kala di rumah. Misalnya, membuat konten untuk toko online saya dan mencari job-job blogger.

Semakin dewasa saya terus berpikir bagaimana menjadi lebih produktif. Meskipun, terkadang saya juga takut terjebak pada toxic productivity. Tapi, bukankah menjadi dewasa memang begitu? Pikiran secara otomatis mengarah pada rencana-rencana yang lebih panjang.

Satu hal yang ingin saya maksimalkan waktu puasa di rumah ini, yakni membaca Alquran sampai khatam. Saya lupa, entah dua atau tiga tahun yang lalu, saya berhasil mengkhatamkan Alquran di bulan puasa.

Rasanya rindu sekali dengan waktu yang kita investasikan hanya untuk kebaikan. Dulu, saya pikir semakin dewasa akan lebih punya banyak waktu. Tapi, saya salah, semakin dewasa waktu kita seperti berkurang, karena aktivitas kita juga makin bertambah.

Padahal, ini belum memiliki anak ya. Apalagi bagi mereka yang harus mengurus dua sampai tiga anak. Terbayang hecticnya dan rumitnya mengatur waktu agar semua bisa berjalan dan tetap bisa produktif untuk mewujudkan puasa yang bermakna.

Makanya sekarang, saya berusaha menikmati situasi yang ada. Kalau tidak ada pandemi, mungkin kita tidak terlatih untuk menemukan kegiatan-kegiatan bermanfaat selama di rumah aja, terutama waktu puasa seperti ini. lagi-lagi, setiap keadaan selalu mengajarkan kita tentang banyak hal.

Kita jadi mensyukuri hal-hal kecil di sekitar. Kemudian dari situ pula, kita akan belajar menajamkan rasa, kepekaan dan empati. Kalau di rumah saja kita juga jadi lebih aware soal mempersiapka nutrisi makanan untuk di konsumsi sehari-hari.

Kita jadi paham bahwa mungkin tetangga kita membuat beberapa takjil untuk dijajakan setiap hari. Kita jadi lebih sering pergi ke warung dekat rumah untuk sekadar membeli sayur maupun keperluan lain. Kita, jadi memupuk tali silahturahmi dengan tetangga maupun orang-orang terdekat.

Kalau biasanya kita sibuk buka bersama dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu, ketika di rumah saja, kita sibuk merekatkan komunikasi dengan tetangga-tetangga yang sejatinya nanti akan jadi orang-orang paling dekat ketika kita butuh pertolongan.

Kalau ada yang bilang, berkumpul dan buka bersama di luar rumah adalah healing. Kita juga tetap bisa healing meski di rumah saja. Dengan menciptakan suasana yang tenang dan mempersiapkan kudapan penuh cinta sehingga orang-orang yang mengonsumsinya merasa diselimuti rasa tenteram.

Semoga pandemi segera berlalu, bukan karena kita bosan selalu di rumah saja. Tapi karena kita ingin terbebas dari segala virus. Semoga kelak, jika pandemi benar-benar hilang, kita tetap menemukan banyak hal bermakna di rumah.


0 Response to "Puasa Tetap Bermakna, Meski di Rumah Saja"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel