Pustakawan, Shadow Teacher, Kemudian Perpisahan

 


“Setidak-tidak enaknya suatu hal, tentu tetap ada pembelajaran baiknya.”

Sedikit naïf, tapi bagaimana lagi? Cara terbaik menenangkan diri sendiri adalah bersyukur terhadap semua hal yang terjadi. Entah itu membahagiakan ataupun menyedihkan. Terhadap semua harapan, bukankah hanya persoalan waktu saja. Tetap percaya dan berdoa bahwa setiap rencana pasti akan ada jawabannya. Beberapa memang kurang terlaksana, tapi mungkin beberapa akan lebih baik dari rencana awalnya.

Setelah menyelesaikan studi, sebagian besar dari kita disibukkan dengan pekerjaan, sebagian kecil masih teguh berdiri dengan idealisme dan pendirian, beberapa lainnya mungkin sibuk liburan. Setiap pilihan punya konsekuensi, bahkan tidak memilih pun akan menanggung konsekuensi. Percayalah sukses atau tidak hanya soal usaha dan waktu.

Bekerja untuk orang mungkin zona nyaman, tapi asal tahu saja nyelekitnya juga sama sekali tidak aman. Memulai bisnis mungkin sesuatu yang akan berakhir manis, tapi menghadapi gelombang penjualan, saingan dan kebuntuan-kebuntuan bukan saja terasa miris.

Tidak ada yang lebih mulia daripada usaha manusia untuk tetap hidup dan berbuat baik selain bekerja. Tanpa menyusahkan ataupun membebani orang lain. Percayalah setidak-tidak berharganya pekerjaanmu sekarang untuk dipamerkan saat reuni SMA, tetap saja nantinya akan begitu bernilai saat dirimu telah naik kelas.

Tertatih-tatihnya dirimu ketika berjuang justru akan menjadi golden ticket untuk mempresentasikan sebuah kesuksesan. Bukankah lebih menarik punya cerita sukses yang dramatis, dari pada sukses jalur previllege? Jangan berkecil hati apalagi  merasa insecure, kamu hanya butuh menjaga pola makan, hidup sehat dan focus menjalani pilihan.

Hampir satu tahun bekerja pada sekolah swasta, rasanya banyak betul hal yang didapat. Enam bulan pertama aku habiskan dengan bekerja sebagai pustakawan. Kemudian enam bulan kedua diberi tugas tambahan menjadi shadow teacher. Sabar, berproses, untuk mendapatkan hal-hal berharga.

Menjadi pustakawan bagiku tidak terlalu buruk, selain karena aku menyukai buku dan membaca aku juga punya banyak me time. Hanya saja terlalu sering menggunakan penggaris orang lain sebagai ukuran bahagia sering mengotori rasa syukur terhadap pekerjaan.

Shadow teacher, secara bahasa memang artinya sedikit absurd, guru bayangan. Secara istilah aku mendefinisikan shadow teacher merujuk pada seorang guru yang mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus belajar dan mendapat hak yang sama dalam belajar itu sendiri.

Boleh dikatakan shadow teacher merupakan fasilitas untuk menyetarakan pendidikan antara anak normal dan anak special needs. Mereka adalah sama dalam hak mendapatkan pendidikan yang layak.

Selama enam bulan terakhir aku banyak belajar tentang shadow teacher dan anak berkebutuhan khusus. Psikologi perkembangan, pengelolaan kelas, manajemen kelas, value, dan bahkan kurikulum yang aku terima sewaktu kuliah mau tidak mau harus diingat untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus.

Menarik, banyak cerita lucu, pengalaman seru, kesabaran yang berasal dari mereka. Juga teman-teman seperjuangan di kerjaan. Kebersamaan, bertukar informasi tentang anak satu dan yang lainnya. Semua terlalu manis untuk dilupakan. Tapi siapa yang bisa berkutik, jika harus ada people go people come.

Bukan persoalan baru bukan, jika kebersamaan akan terasa berharga jika berada diujung perpisahan. Dua kawan selama enam bulan terakhir memutuskan untuk resign. Sedih? Sebenarnya biasa saja, tapi mendapat teman satu frekuensi, satu angkatan, satu selera dalam makanan dan satu-satu yang lainnya, itu boleh dibilang begitu berharga.

Kadang perasaan ingin terus merengek, kenapa sih harus ada yang resign? Padahal sudah klop loh.

Karena lupa, bahwa setiap orang menyimpan tekanan sendiri-sendiri. Punya hal-hal berbeda yang harus dicapai. Dan mungkin punya banyak kesedihan dan keluhan yang kita tidak pernah tahu.

Aku cuma berharap, mantan rekan kerja harus jadi personel sahabat yang setelah perpisahan itu tetap menjadi orang-orang gokil ketika bertemu dimana saja. Harus punya rasa rindu dan mendambakan pertemuan dalam waktu tertentu.

Lagi-lagi, setiap pilihan punya konsekuensi. Memilih berpisah tentu akan berkonsekuensi untuk rindu. Tapi pilihan selanjutnya adalah hidup harus terus berjalan. Dan setelah itu, kita boleh merindu sebanyak-banyaknya dengan pertemuan.

See you next time, friends…

4 Responses to "Pustakawan, Shadow Teacher, Kemudian Perpisahan"

  1. 😍😍😍😘😘😘
    Enjoy the process guys :))

    ReplyDelete
  2. Perpisahan bersama sahabat memang paling berat ya, soalnya seru"an bareng nya itu bikin kangen hehe

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel