Sahabat Laki-laki Part 2

Pinjem buat ilustrasi ya haha

Bisa dibilang Fajar adalah cowo yang paling sering boncengan aku semasa kuliah. Setelah Oom, Bapak atau sepupuku yang laki-laki. Sedari awal kuliah aku memang membatasi dengan siapa aku berboncengan, terutama laki-laki. Beberapa kali kadang ditawari temen untuk dibonceng tapi aku nggak pernah berani menerima. Tapi dengan Fajar aku percaya. Jadi dari semua teman laki, Fajarlah yang paling sering memboncengku.

Kami hanya sekelas waktu semester satu, tapi persahabatan tetap terjalin. Karena diantara kawan-kawan yang berbeda kelas hanya dia yang terus komunikasi denganku. Tanya-tanya soal Mata Kuliah, Tugas, Ujian atau cuma sesekali chat, "Sombong bener sekarang."

Awal tahun 2017, kami ada kegiatan Field Trip ke Jogja. Selama 6 hari kami selalu komunikasi, tapi nggak pernah jalan bareng. Karena beda bus, di Hotel kamarnya juga jauhan. Pas wisata juga kalau mau bareng ya malu. Setiap pindah tempat wisata pasti bilang, "Sini lo, aku di sini (sambil nyebutin tempat)." Tapi tetap aja kami malah asik sama genk masing-masing. Aku sama Iffa dia sama rombongannya.

Pas mau beli oleh-oleh dia minta bareng biar bisa milihin oleh-oleh yang cocok buat pacarnya. Tapi tetap aja kami terpisah. Entah mungkin emang nggak ada niatan buat bareng sih haha. Bodo amatlah. Cuma sekali aja kami berhasil foto bareng pas wisata di Desa Ponggok, dan duduk bareng waktu di Kapal pas berangkat sama Pulangnya.

Sebenarnya dia itu teman yang asik untuk ngobrol. Selalu punya pertanyaan untuk diajukan dalam obrolan. Bahkan sampai pertanyaan-pertanyaan kecil yang kadang aku malas untuk menjawabnya. Kadang juga dia bilang, "Gantian donk kamu yang nanya biar nggak krik-krik." Ya habis suka bingung kalau mau ngobrol sama dia, aku kadang malu. Apalagi kalau ada temen-temen
 
Semua tidak terlalu menimbulkan masalah kendati dia punya pacar, sementara aku lebih sering jomlo (Ada yang deket tapi nggak pernah jadi serius). Sampai suatu hari aku berkenalan dengan pacarnya. Kami saling berbincang tentang dia. Bagaikan dua perempuan yang sedang mengadu tentang seseorang yang paling ia pahami. Itulah persahabatan kami.

Bagi aku dia, adalah teman cowok yang selalu ada buat aku. Kapanpun aku minta tolong dia pasti ada dan siap sedia. Apalagi tentang jasa antar mengantar.

Dia sering bilang kalau kami itu saudaraan. Karena lahir di bidan yang sama. Jadi ceritanya dulu pas awal-awal akrab aku cerita kalau pas bayi tinggal di Pekalongan (Tempat tinggal dia saat ini). Cerita-cerita, akhirnya sampai pada pembahasan tempat lahir. Eh pas bilang aku lahir di Bidan Katmi, ternyata dia juga di sana. Dari situlah kami seolah jadi punya ikatan emosional. Haha gegara lahir di tempat yang sama.

Kemudian kamipun menjadi dua manusia yang saling dekat sebagai sahabat. Saling antar, saling nemenin kalau mau beli sesuatu, saling nraktir (meskipun lebih sering dia yang nraktir), dan saling ngebantu kalau yang satu sedang punya kesulitan.

Saling curhat masalah asmara, terutama setelah dia putus dari pacarnya. Ceritanya saat itu lagi libur kuliah. Aku masih pulang kampung. Kalau tidak salah semester 6, yah belum lama setelah kami Field Trip ke Jogja. Malem setengah pagi gitu kebetulan aku kebangun dan susah tidur. Tetiba dia wasap, cerita kalau putus dari pacarnya. Aku tahu saat itu dia hancur banget. Secara udah pacaran tiga tahun dan kandas.

Dia galau sampe beberapa lama. Sering minta aku nemenin jalan atau ketemu untuk sekadar ngobrol. Telponan buat dengerin curhatannya dia. Topiknya masih nggak jauh dari mantan, patah hati, dan move on. Dari situ aku jadi paham, lelaki kalau patah hati bisa segalau ini ya. Padahal kita sering berasumsi mereka baik-baik aja.

Setelah itu dia juga cerita mulai deket sama cewek lain. Cerita progres hubungan yang baru, kemudian menuntutku untuk gantian cerita tentang asmaraku. Lagi deket sama siapa.

Sejak 2015 lalu hingga sekarang, aku jadi senyum-senyum sendiri kalau mengingat rangkaian kisah persahabatan kami. Aku jadi menyadari, sebagai seorang sahabat dia belum pernah marah sama aku selama ini. Palingan cuma bilang, "Parah kamu mah emang."

0 Response to "Sahabat Laki-laki Part 2"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel